Jumat, 18 April 2014

Evaluasi Hasil Observasi Pendidikan



 Evaluasi Kinerja Kelompok :
Dari keseluruhan dalam membuat observasi, kelompok menemukan beberapa hambatan yang kelompok hadapi dari persiapan observasi sampai dengan observasi selesai. Ada pun hambatan yang terjadi adalah adalah sebagai berikut :
1.      Dikarenakan kelompok memiliki “skema” bahwa observasi itu mudah sehingga kelompok kurang melakukan koordinasi dalam pembagian tugas.
2.      Kelompok terlalu lama meminta izin kepada pihak sekolah sehingga pihak sekolah terlalu lama dalam member izin. sehingga kelompok memutuskan untuk mengobservasi sekolah yang lain.
3.      Ada tiga sekolah yang kelompok datangi, karena kelompok belum memiliki surat izin dari kampus, dua sekolah menolak kami melakukan observasi. Sementara disekolah yang satunya mereka mengizinkan kelompok melakukan observasi tanpa adanya surat izin.
4.      Saat meminta izin dengan sekolah yang ketiga kami mengeneralisasikan sekolah tersebut sama dengan sekolah yang kedua sehingga kami berpikir bahwa sekolah itu tidak mau menerima kami.
5.      Saat kelompok diterima disekolah yang ketiga, kelompok menganggap penerimaan itu sebagai “reward” tersendiri bagi kelompok. Sehingga kelompok lebih bersemangat dalam mengerjakannya.
6.      Penolakan yang didapatkan kelompok melalui beberapa sekolah membuat semangat kelompok menurun. Ini seperti “punishment” dimana konsekuensi yang didapatkan menurunkan probabilitas perilaku.

Evaluasi hasil Observasi
1.      Dari hasil observasi kelompok mengambil kesimpulan bahwa kelompok terlalu focus pada guru dan kurang memperhatikan murid.
Dari hasil observasi kami kurang memperhatikan adanya factor adanya pengalaman pribadi murid sebagai mana dalam teori bronfenbrenner kalau anak di pengaruhi oleh pengalaman pribadi.

Senin, 14 April 2014

tugas individu pedagogi



BAB I
PENDAHULUAN
            Guru selalu menjdi tumpuan kesalahan, ketika sekolah menemukan prestasi siswa yang rendah. Pendapat umum yang mengatakan bahwa siswa tidak dapat  mendapat prestasi yang memuaskan disebabkan guru tidak sepenuhnya salah. Hasil dari penelitian memang membuktikan bahwa kinerja guru, gaya mengajar, pendekatan pmebelajaran, motivasi guru tersebut memang berkorelasi positif dengan prestasi belajar siswa. Tapi hasil penelitian ini sempat terbantahkan dengan hasil penelitian Coleman tahun 1960-an. Dimana dia berkesimpulan bahwa “home and family factors” justru yang paling penting dalam meningkatkan perstasi anak, sedangkan “sekolah” adalah factor sekunder.
Pendidikan yang pertama kali kita dapatkan adalah di keluarga, seorang anak yang disayangi akan menyayangi keluarganya dan juga mendapat dukungan emosional. Sehingga ini dapat mendukung perkembangan anak khususnya di bidang pendidikan. Di dalam keluarga yang memberikan perkembangan dan pertumbuhan anak adalah terletak pada orang tua. Di dalam  keluarga harga diri berkembang karena dihargai,diterima,dicintai,dan dihormati sebagai manusia. Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk menghargai orang lain.
Alangkah pentingnya pendidikan itu. Guru sebagai media akan memberikan ilmunya kepada muridnya dan juga memberikan tugas-tugas, bantuan dan dorongan sehingga anak mempunyai rasa tanggung jawab. Guru juga haru berusaha agar pelajaran yang diberikan dapat menarik minat anak. Sedangkan orang tua adalah sumber dukungan emosional bagi anak-anak. Ketika mereka merasa disayangi di rumah maka ini akan memotivasi mereka untuk lebih giat dalam belajar.









Bab II
Hasil Wawancara
Identitas Guru :
Nama Guru                                                     : AM
Tanggal Wawancara                                        :13 April 2014
Waktu Wawancara                                          : 21.00-22.00 Wib
Pengalaman Mengajar                                     : 5 Tahun
Pernah Mengajar                                             : 1. Al Khairitah Cirebon
                                                                          2. Pesantern Al kausar Al akbar Medan
                                                                          3. Al Haramain
Kegiatan Sekarang                                          : 1. Mengisi Pengajian
                                                                           2. Mengajar di Al haramain
                                                                           3. Mengisi ceramah di radio
                                                                                    -  Suara pendidikan ngawi jawa timur
                                                                                    - Radio Gema Suara Solo
                                                                                    -Radio Universitas NU
Lulusan                                                           : 1. S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Islam sholahud Al-                 
             Ayyubi Jakarta.
2. Darud Tauhid Makkah Al mukaramah di bawah      bimbingan Prof. doctor Said Muhammad Al Maliki
Alamat                                                                        : Jl. Faron ngawi jawa timur No. 37
Media yang digunakan dalam wawancara      : HandPhone

Hasil Wawancara :
Yusuf  :assalamualaikum wr wb stad…
Am      : waalaikum salam wr wb..
Yusuf  : Stad, saya ada tugas kuliah berhubungan dengan guru, jadi saya mau wawancarai ustad,       boleh stad?
Am      : boleh, apa yang mau ditanya?
Yusuf  : Menurut ustad kira-kira pendidikan itu bagaimana stad?
Am      : maksudnya gimana? Tentang cara belajarnya atau tentang anak-anaknya?
Yusuf  : dua-duanya stad….
Am      : pendidikan itu penting, biar anak-anak itu terbentuk jadi orang yang sempurna. Karena manusia itu diberikan akal jadi perlu didik sehingga dia menjadi orang yang sempurna. Dalam arti sempurna itu punya ilmu dan dapat mengamalkan terus bisa berkompeten. Ilmu apapun anak-anak kita harus pandai dan mampu bersaing. Dan juga harus didukung oleh pemerintah itu.
Yusuf  : Motivasi yang mendasari ust dalam mengajar itu kira-kira apa stad?
Am      : ada hadist yang mengatakan “sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat untuk orang lain” otomatis sebagai guru harus bermanfaat pada orang lain. Kita sudah pandai lalu bagaimana agar anak-anak kita menadi pandai. Karena membuat orang pandai dan mensejahterakan orang, itu nanti akan berpengaruh juga dengan kita. Apabila kita mensejahterakan orang lain maka kita pun akan sejahtera. Itu motivasinya secara akal, Sedangkan secara syariat, manusia harus berjuang menyampaikan ilmu. Orang yang menyembunyikan ilmu itu dilaknat oleh Allah SWT.
Yusuf  : Terus stad, sudut pandang ustad dalam melihat peserta didik kira-kira seperti apa stad?
Am      : murid-murid zaman sekarang tidak dapat menyerap ilmu yang diajarkan oleh gurunya, karena tidak didukung baik dirumah dan di sekolah, dirumah orang tuanya tidak sadar dengan yang mereka berikan. Memanjakan anak dengan memberikan laptop. Android, sehingga anak-anak tidak dapat menyerap ilmu. Dan juga pengajar sekarang itu tidak ikhlas dalam mengajar. Kalu tidak iklhas otomatis ilmu itu akan ngambang, karena guru itu bagaikan cahaya, bagaimana cahaya itu agar dapat masuk kedalam hati muridnya. Gimana cahayanya mau masuk sedangkan gurunya juga belum siap. Karen zaman sekarang guru hanya masuk kelas, pulang. tidak tau murid itu paham atau tidak. Seorang guru itu tidak hanya menjadi seorang pengajar, tapi juga harus menjadi seorang pendidik. Kalau pengajar itu  gampang menjadi pendidik itu yang sulit.
Yusuf  : bedanya pengajar dan pendidik itu apa stad?
Am      : kalau pengajar dia hanya datang lalu pergi tidak memperhatikan perkembangan murid, sementara pendidik dia mengajar dan juga memperhatikan perkembangan muridnya.
Yusuf  : Kalau saya boleh tau filosofi ustad dalam mengajar apa stad?
Am      : Jadi, ilmu itu apabila diajarkan akan bertambah, orang itu kalau tidak mengajar akan merasa bodoh terus dan merasa tidak bisa. Artinya orang itu akan merasa  berhasil kalau sudah mengajar. Kalau orang hanya belajar saja, tidak mengajarkan ilmunya, maka ilmunya tidak akan masuk-masuk. Karena ilmu iu didalam dada. Buku boleh saja satu lemari penuh tapi ilmunya belum tentu satu lemari penuh.
Yusuf  : Pendekatan  yang ustad gunakan dalam mengajar seperti apa stad?
Am      : Kalau kita mengajar anak-anak kita harus menjiwai kita seperti anak-anak. Bercanda,  memberi hadiah, menyanyi. kalau mengajar orang tua kita harus seperti orang tua. Jadi, guru itu harus fleksibel. Makanya, ada seorang wanita dia tidak pernah dewasa. Didepan suaminya pun dia tidak berubah. Selalu seperti anak-anak. Ternyata dia sudah puluhan tahun mengajar di TK sehingga sifatnya terbawa-bawa.  Jadi, ketika kita mengajar kita juga harus melebur dengan peseta didik.
Yusuf  : Baik stad, sekian dari wawancra kita stad, terima kasih atas wktunya stad….
Am      : Iya sama-sama…
Yusuf  : Assalamualaikum wr wb..
Am      : Waalaikum salam wr wb..


















Bab III
Pembahasan
1.      Berdasarkan dari hasil wawancara diatas, Ust, Am menekankan bahwa seorang guru tidak hanya mengajarkan murid. Tapi seorang guru juga harus memperhatikan perkembangan murid tersebut. Ini sesuai dengan ciri-ciri guru yang jenius seperti yang terdapat pada buku.
2.      Terdapat perbedaan antara pendidikan dan pengajaran dimana pendidikan harus memperhatikan perkembangan murid. Ini sesuai dengan pedagogi itu sendiri dimana pedagogi pembelajaran berpusat pada guru.
3.      Adanya guru yang tidak ikhlas dalam mengajar mereka hanya datang lalu pulang tanpa memerhatikan apakah murid mengerti dengan pelajaran atau tidak. Ini sesuai dengan hasil survey Harris Interactive(2006) dimana kesimpulannya adalah masih adanya guru yang prodesional dalam mengajar.
4.      Dari segi motivasi, beliau mengatakan bahwa beliau ingin menjadikan anak-anak menjadi pandai. Karena dengan membuat orang lain menjadi pandai maka kita akan iku menjadi pandai. Ini juga sesuai dengan karakteristik guru yang baik yang ada di buku.
5.      Dalam mengajar beliau menggunakan pendekatan pedagogi tradisional. Ini dapat dilihat ketika dia mengajar dia berusaha untuk melebur dengan murid dan berusaha memahami mereka. Dan mengatakan bahwa guru harus fleksibel, ini sama dengan mengajar adalah seni.
6.      Ketika mengajar beliau memberikan ilmu kepada peserta didiknya dengan cara fleksibel ini sesuai dengan mengajar adalah seni.
7.      Tujuan beliau mengajar sesuai dengan tujuan pedagogi,yang bukan hanya mengajar tapi juga memperhatikan perkembangan siswa.
8.      Dalam upaya mengajar ini terkait dengan apakah mengajar itu ilmu atau seni. Tapi merupakan gabungan dari keduanya.
9.      Cara mengajar yang memberi motivasi kepada siswa dengan cara melebur kepada mereka dan mengetaui apa yang mereka inginkan. sesuai dengan buku Prof. Dr Suryawan Danim, dikatakan kegiatan mengajar yang memberi inspirasi adalah dimana siswa akan termotivasi belajar agar mereka dapat mandiri.

Bab IV
Kesimpulan
Seorang guru dalam mengajar harus lah professional dalam melihat peserta didik, dan juga harus memperhatikan perkembangannya. Jangan hanya mengajar lalu pulang tanpa memperhatikan apakah peserta didik paham dengan materi yang diajarkan. Seorang guru juga harus mampu memotivasi siswanya dengan cara mengetahui apa yang mereka inginkan. Inilah yang disebut sebagai “mengaja adalah gabungan dari ilmu dan seni”.














                                                                                                                  





Bab V
Saran
Semoga nantinya kita semua, ketika mengajar dan berhadapan dengan peserta didik yang berbeda wataknya agar dapat bersabar dalam menghadapi mereka. Dan dapat mencari tahu apa yang mereka inginkan sehingga kita dapat menarik minat mereka terhadap materi yang kita ajarkan. Dan juga untuk guru yang tidak memperhatikan muridnya agar mau untuk memperhatikan perkembangan muridnya jangan hanya memakan gaji buta saja. Sehingga generasi penerus bangsa kita nantinya dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dan dapat membanggakan bangsa. Khususnya anda sendiri sebgai guru mereka.

Jumat, 11 April 2014

Materi Pedagogi

paedagogi tertindas
a.       Pembenaran untuk paedagogi kaum tertindas
      Freire menempatkan pedagogi dimana individu belajar untuk menumbuhkan pertumbuhan sendiri melalui situasi kehidupan sehari-hari yang memberikan manfaat bagi pengalaman belajar. Ini bukan paedagogi untuk orang tertindas, malinkan pedagogi kaum tertindas. Subjek harus membangun realitas dari keadaan yang menimbulkan peristiwa hiduonya sehari-hari.
Metode belajar Paulo Freire mengharuskan siswa untuk melakukan lebih dari sekedar mereproduksi kata-kata yang sudah ada. Tetapi menciptakan kata-kata sendiri, kata-kata yang memungkinkan mereka menyadari keadaan mereka, tetapi tidak melakukan upaya untuk memperjuangkan emansipasinya sendiri. Tanpa ini, beberapa orang mendapatkan semacam kesadarna naif dimana mereka menyadari keadaan mereka, tetapi tidak melakukan upaya untuk mengbahnya: mereka mengambil sikap koknformis dan memeprtimbangkan situasi normal mereka, bahkan ke titik pendukung sendiri.
Metode yang diusulkan Freire menyiratkan dua momen yang berbeda dan berurutan.
1.       Melibatkan orang menjadi sadar akan kenyataan bahwa individu hidup sebagai subjek tertindas yang tunduk pada keputusan penindas yang bersifat memaksakan.
2.       Merujuk pada inisiatif kaum tertindas untuk melawan dan membebaskan diri dari penindas.
b.      Konsep perbankan pendidikan sebagi instrumen penindasan
Konsep ini sangat problematik dilihat dari sisi pendidikan dan kebebasan. Konsep bank pendidikan dan dikotomi guru dan siswa. Problematiknya terletak pada upaya mengatasi dikotomi pendidik dan peserta didik. Disini tidak ada orang yang mendidik orang lain. Tidak juga ada yang mendidik dirinya sendiri. Orang saling mendidik satu sama lain melalui interaksi di dunia mereka. Manusia sebagai mahluk yang tidaklengkap, sadar akan ketidaklengkapan dan melakukan pencarian identitas untuk menjadi lebih dibandingkan dengan yang lain.
Praktek pembelajaran masih menekankan pada ceramah dan menghafal secara berlebihan dengan analisis sedikit mengenai apa pentingnya yang sedang dihafal.
 
Antidialogsitas (antidialogicity) dan Dialogsitas (dialogicity)
Teori tindakan antidialogikal dankarakteristikya
Penaklukan
Devisi
Manipulasi
Invasi budaya
Teori tindakan dialogis dan karakteristiknya : 
Kolaborasi
Serikat
Organisasi
 Budaya sintesis
Penindas menggunakan antidialogisitas dalam berbagai cara untuk mempertahankan status quo. Dia mengalahkan yang tertindas dengan dialok yang selalu sepihak, mengubah proses komunikasi menjadi tindakan necrophilia.
Penindas juga berusaha mencegah orang-orang mempersatukan melaui dialog. Dalam wacana implisit mereka memperingatkan bahwa hal itu dapat membahayakan perdamaian “sosial” untuk berbicara kepada yang tertindas tentang konsep serikat buruh dan organisasi.
Salah satu kegiatan utama mereka adalah melemahkan tertindas melalui keterasingan dengan gagasan bahwa hal ini akan menyebabkan perpecahan internal dan dengan cara ini situasi akan tetap stabil.
Sedangkan karakteristik doalogis adalah sintesis budaya yang terjadi sering dengan investigasi topik generatif. Sintesis ini mencoba untuk mengatasi kegiatan antagonistik, dimulai oleh kelompok oenindas dan berjalan lebih dalam dari induksi belaka.
 

Minggu, 06 April 2014

Materi 2 Mata kuliah Pedagogi



Pedagogi Tradisional dan Modern
Makna Tradisional
              Konsep paling tradisional dari pedagogi bermakna suatu studi tentang bagaimana menjadi guru. Lebih khusus lagi, awalnya kata pedagogi bermakna cara seorang guru mengajar atau seni mengajar (the art of Teaching). Belakangan istilah pedagogi secara umum diberi makna lebih luas, yaitu merujuk pada strategi pembelajaran, dengan titik tekan pada gaya guru dalam mengajar.
              Pedagogi berasal dari bahasa yunani paidagogeo, dimana pais, genetif, paidos, berarti “anak: dan ago berarti “memimpin”. Sehingga secara harfiah pedagogi berarti memimoin anak. Dalam bahasa yunani kuno, umumnya pedagogi bermakna seorang budak (pembantu rumah tangga) yang mengawasi pengajaran putra majikannya. Ketika itu, anak perempuan tidak umum diberi pengajaran khusus. Pembantu rumah tangga ini mengantar, menunggu, dan menemani pulang putra tuannya dari sekolah atau gymnasium. Kegiatan ini dilakukan oleh pembantu ketika dia melihat putra majikannya membawa peralatan, misalnya alat music.
              Kata pedagogi ini diturunkan dari bahasa latin yang bermakna : mengajari anak. Dalam makna modern, istilah pedagogy dalam inggris merujuk kepada seluruh konteks dan sumber daya operasi pengajaran dan pembelajaran yang secara nyata terlibat di dalamnya. Meski demekian, baik aslinya diambil dari bahasa yunani kuno maupun dari bahasa inggris, kata pedagogi mempunyai makna yang kira-kira sama.

Tiga Isu
              Isu-isu dan komplikasi lebih lanjut yang timbul dari penggunaan istilah pedagogi merupakan seperangkat konsep untuk menjelaskan proses. Berikut tiga isu tertentu muncul terkait dengan masalah pedagogi.
              Pertama, pedagogi merupakan sebuah proses yang bertujuan. Dalam makna umum istilah ini sering digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik mengajar anak-anak. Kedua, banyak pekerjaan “pedagogi social” yang telah digunakan untuk menggambarkan prinsip-prinsip mengajar anak-anak dan kaum muda. Ketiga, sejauh mana pengertian pedagogi telah dipahami dan dominan mewarnai proses pembelajaran dalam konteks sekolah. Tidak mungkin persoalan mengajar hanya dikaitkan dengan guru atau siswa semata. Diskusi tentang pedagogi selalu dikaitkan dengan kurikulum, pengajaran, siswa, media pembelajaran, dan situasi yang mengitarinya.

Normatif VS Pragmatis
              Pedagogi adalah isu strategis utama yang dihadapi profesi guru dan pendidikan umum. Bahan sajian ini merupakan jalan tengah antara pendekatan normative yang sering dipandang kurang implementatif dan pragmatis yang sering dipersepsi sebagai terlalu realistis. Jika pendekatan normative sering dipandang terlalu utopis dan pendekatan pragmatis sering dipersepsi sama problematikanya dikaitkan dengan visi dan relevensinya bagi proses mengajar dan belajar di abad ini, karena itu, empat berikut ini memerlukan kajian yang lebih mendalam ketimbang sebatas mendeskripsikannya dipermukaan.
a.       Definisi dan pemahaman pedagogi, khususnya dari perspektif komparatif. Hingga saat ini pemahaman mengenai pedagogi sebagai kerangka berpikir dan bertindak mencakup semua ilmu tentang pengajaran dan pembelajaran.
b.      Munculnya pedagogi sebagai ilmu interdisipliner. Meskipun berada di fase formatif awal, fitur yang paling mencolok dari pedagogi modern adalah kebangkitannya sebagai ilmu interdisipliner. Perkembangan ini menciptakan kondisi untuk melakukan pembaruan pendekatan ilmiah dalam praktik mengajar.
c.       Pedagogi dan kaitannya dengan aspek-aspek ekonomi mengajar dan belajar.pedagogi merupakan isu kunci dalam memajukan dan mempromosikan profesi guru untuk memperbarui apa yang oleh Robertson (2000) disebut sebagai “proyek professional guru”. Proyek pedagogi ini pada gilirannya akan menjadi kekuatan pendorong utama di balik transisi menuju ekonomi berbasis pengetahuan.
d.      Faktor-faktor pendukung dan membatasi pengembangan pedagogi. Standar professional dapat memposisikan kurikulum sebagai pusat pembuatan kebijakan pendidikan.kondisi ini memang masih harus dilihat, meski apakahtidak baik pedagogi dan konten pengetahuan mendukung standarisasi kurikulum.

Model Logika
              Baik sebagai seni (praktis) maupun sebagai ilmu (teoritis), pedagogi sesungguhnya adalah model logika, sebuah alat yang ampuh untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belar disemua satuan pendidikan atau sekolah. Sumbangsih pedagogi harus dilihat dalam hubungan kausal untuk hal-hal berikut ini.
a.       Masukan, yaitu pengetahuan dan sumber daya, baik pedagogis itu sendiri maupun konten pengetahuan, yang mendorong standar professional dan mengarah pada praktik dan peningkatan hasil pembelajaran.
b.      Proses, yaitu transformasi yang paling mungkin untuk meningkatkan hasil-hasil pembelajaran, misalnya, seperangkat kodifikasi yang jelas, standar professional yang eksplisit, serta praktik dan fasilitasi belajar professional.
c.       Hasil, yaitu menigkatkan hasil belajar untuk semua siswa pada semua satuan pendidikan, serta hasil belajar guru itu sendiri selaku tenaga professional.

Licin dan Samar
        Memang, hingga kini pedagogi masih dipandang sebagai konsep yang licin dan samar-samar. Hal ini seharusnya tidak terjadi, karena ada tradisi penelitian yang kuat di bidang ini. Namun secara historis, kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami pedagogi telah muncul sejak awal karena posisinya sebagai ilmu atau teori pada satu sisi dan seni atau praktik mengajar dan belajar pada sisi lain.

Pedagogi Modern
            Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996). Melihat pedagogi dari dua perspektif ini nampaknay paling ideal, kalaupun kita mengakui bahwa pedagogi sebagai ilmu pengetahuan dan terdefenisi secara spesifik , tentu definisi itu juga akan menggamit deimensi seni, teori, dan praktik mengajar dan belajar.kesemuanya sesungguhnya memiliki focus yang sama.