Minggu, 20 April 2014
Jumat, 18 April 2014
Evaluasi Hasil Observasi Pendidikan
Evaluasi Kinerja Kelompok :
Dari
keseluruhan dalam membuat observasi, kelompok menemukan beberapa hambatan yang
kelompok hadapi dari persiapan observasi sampai dengan observasi selesai. Ada
pun hambatan yang terjadi adalah adalah sebagai berikut :
1. Dikarenakan
kelompok memiliki “skema” bahwa observasi itu mudah sehingga kelompok kurang
melakukan koordinasi dalam pembagian tugas.
2. Kelompok
terlalu lama meminta izin kepada pihak sekolah sehingga pihak sekolah terlalu
lama dalam member izin. sehingga kelompok memutuskan untuk mengobservasi
sekolah yang lain.
3. Ada
tiga sekolah yang kelompok datangi, karena kelompok belum memiliki surat izin
dari kampus, dua sekolah menolak kami melakukan observasi. Sementara disekolah
yang satunya mereka mengizinkan kelompok melakukan observasi tanpa adanya surat
izin.
4. Saat
meminta izin dengan sekolah yang ketiga kami mengeneralisasikan sekolah
tersebut sama dengan sekolah yang kedua sehingga kami berpikir bahwa sekolah
itu tidak mau menerima kami.
5. Saat
kelompok diterima disekolah yang ketiga, kelompok menganggap penerimaan itu
sebagai “reward” tersendiri bagi kelompok. Sehingga kelompok lebih bersemangat
dalam mengerjakannya.
6. Penolakan
yang didapatkan kelompok melalui beberapa sekolah membuat semangat kelompok
menurun. Ini seperti “punishment” dimana konsekuensi yang didapatkan menurunkan
probabilitas perilaku.
Evaluasi
hasil Observasi
1. Dari
hasil observasi kelompok mengambil kesimpulan bahwa kelompok terlalu focus pada
guru dan kurang memperhatikan murid.
Dari hasil observasi
kami kurang memperhatikan adanya factor adanya pengalaman pribadi murid sebagai
mana dalam teori bronfenbrenner kalau anak di pengaruhi oleh pengalaman
pribadi.Senin, 14 April 2014
tugas individu pedagogi
BAB I
PENDAHULUAN
Guru selalu
menjdi tumpuan kesalahan, ketika sekolah menemukan prestasi siswa yang rendah.
Pendapat umum yang mengatakan bahwa siswa tidak dapat mendapat prestasi yang memuaskan disebabkan
guru tidak sepenuhnya salah. Hasil dari penelitian memang membuktikan bahwa
kinerja guru, gaya mengajar, pendekatan pmebelajaran, motivasi guru tersebut
memang berkorelasi positif dengan prestasi belajar siswa. Tapi hasil penelitian
ini sempat terbantahkan dengan hasil penelitian Coleman tahun 1960-an. Dimana
dia berkesimpulan bahwa “home and family factors” justru yang paling penting
dalam meningkatkan perstasi anak, sedangkan “sekolah” adalah factor sekunder.
Pendidikan yang pertama kali kita dapatkan adalah di
keluarga, seorang anak yang disayangi akan menyayangi keluarganya dan juga
mendapat dukungan emosional. Sehingga ini dapat mendukung perkembangan anak
khususnya di bidang pendidikan. Di dalam keluarga yang memberikan perkembangan
dan pertumbuhan anak adalah terletak pada orang tua. Di dalam keluarga harga diri berkembang karena
dihargai,diterima,dicintai,dan dihormati sebagai manusia. Orang tua mengajarkan
kepada kita mulai sejak kecil untuk menghargai orang lain.
Alangkah pentingnya pendidikan itu. Guru sebagai media akan
memberikan ilmunya kepada muridnya dan juga memberikan tugas-tugas, bantuan dan
dorongan sehingga anak mempunyai rasa tanggung jawab. Guru juga haru berusaha
agar pelajaran yang diberikan dapat menarik minat anak. Sedangkan orang tua
adalah sumber dukungan emosional bagi anak-anak. Ketika mereka merasa disayangi
di rumah maka ini akan memotivasi mereka untuk lebih giat dalam belajar.
Bab
II
Hasil
Wawancara
Identitas Guru :
Nama
Guru :
AM
Tanggal
Wawancara :13
April 2014
Waktu
Wawancara :
21.00-22.00 Wib
Pengalaman
Mengajar :
5 Tahun
Pernah
Mengajar :
1. Al Khairitah Cirebon
2. Pesantern Al kausar Al akbar Medan
3. Al Haramain
Kegiatan
Sekarang
: 1. Mengisi Pengajian
2. Mengajar di Al haramain
3. Mengisi ceramah di radio
- Suara pendidikan ngawi jawa timur
-
Radio Gema Suara Solo
-Radio
Universitas NU
Lulusan :
1. S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Islam sholahud Al-
Ayyubi Jakarta.
2.
Darud Tauhid Makkah Al mukaramah di bawah
bimbingan Prof. doctor Said Muhammad Al Maliki
Alamat :
Jl. Faron ngawi jawa timur No. 37
Media
yang digunakan dalam wawancara :
HandPhone
Hasil Wawancara :
Yusuf :assalamualaikum wr wb stad…
Am : waalaikum salam wr wb..
Yusuf : Stad, saya ada tugas kuliah berhubungan
dengan guru, jadi saya mau wawancarai ustad, boleh stad?
Am : boleh, apa yang mau ditanya?
Yusuf : Menurut ustad kira-kira pendidikan itu bagaimana
stad?
Am : maksudnya gimana? Tentang cara belajarnya
atau tentang anak-anaknya?
Yusuf : dua-duanya stad….
Am : pendidikan itu penting, biar anak-anak itu terbentuk jadi orang yang sempurna. Karena manusia itu diberikan akal jadi perlu didik sehingga dia menjadi orang yang sempurna. Dalam arti sempurna itu punya ilmu dan dapat mengamalkan terus bisa berkompeten. Ilmu apapun anak-anak kita harus pandai dan mampu bersaing. Dan juga harus didukung oleh pemerintah itu.
Am : pendidikan itu penting, biar anak-anak itu terbentuk jadi orang yang sempurna. Karena manusia itu diberikan akal jadi perlu didik sehingga dia menjadi orang yang sempurna. Dalam arti sempurna itu punya ilmu dan dapat mengamalkan terus bisa berkompeten. Ilmu apapun anak-anak kita harus pandai dan mampu bersaing. Dan juga harus didukung oleh pemerintah itu.
Yusuf : Motivasi yang mendasari ust dalam mengajar
itu kira-kira apa stad?
Am : ada hadist yang mengatakan
“sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat untuk orang lain” otomatis
sebagai guru harus bermanfaat pada orang lain. Kita sudah pandai lalu bagaimana
agar anak-anak kita menadi pandai. Karena membuat orang pandai dan mensejahterakan
orang, itu nanti akan berpengaruh juga dengan kita. Apabila kita
mensejahterakan orang lain maka kita pun akan sejahtera. Itu motivasinya secara
akal, Sedangkan secara syariat, manusia harus berjuang menyampaikan ilmu. Orang
yang menyembunyikan ilmu itu dilaknat oleh Allah SWT.
Yusuf : Terus stad, sudut pandang ustad dalam
melihat peserta didik kira-kira seperti apa stad?
Am : murid-murid zaman sekarang tidak dapat
menyerap ilmu yang diajarkan oleh gurunya, karena tidak didukung baik dirumah
dan di sekolah, dirumah orang tuanya tidak sadar dengan yang mereka berikan.
Memanjakan anak dengan memberikan laptop. Android, sehingga anak-anak tidak
dapat menyerap ilmu. Dan juga pengajar sekarang itu tidak ikhlas dalam
mengajar. Kalu tidak iklhas otomatis ilmu itu akan ngambang, karena guru itu bagaikan
cahaya, bagaimana cahaya itu agar dapat masuk kedalam hati muridnya. Gimana
cahayanya mau masuk sedangkan gurunya juga belum siap. Karen zaman sekarang
guru hanya masuk kelas, pulang. tidak tau murid itu paham atau tidak. Seorang guru
itu tidak hanya menjadi seorang pengajar, tapi juga harus menjadi seorang
pendidik. Kalau pengajar itu gampang
menjadi pendidik itu yang sulit.
Yusuf : bedanya pengajar dan pendidik itu apa stad?
Am : kalau pengajar dia hanya datang lalu
pergi tidak memperhatikan perkembangan murid, sementara pendidik dia mengajar
dan juga memperhatikan perkembangan muridnya.
Yusuf : Kalau saya boleh tau filosofi ustad dalam mengajar
apa stad?
Am : Jadi, ilmu itu apabila diajarkan akan
bertambah, orang itu kalau tidak mengajar akan merasa bodoh terus dan merasa
tidak bisa. Artinya orang itu akan merasa
berhasil kalau sudah mengajar. Kalau orang hanya belajar saja, tidak
mengajarkan ilmunya, maka ilmunya tidak akan masuk-masuk. Karena ilmu iu didalam
dada. Buku boleh saja satu lemari penuh tapi ilmunya belum tentu satu lemari
penuh.
Yusuf : Pendekatan yang ustad gunakan dalam mengajar seperti apa
stad?
Am : Kalau kita mengajar anak-anak kita harus
menjiwai kita seperti anak-anak. Bercanda,
memberi hadiah, menyanyi. kalau mengajar orang tua kita harus seperti
orang tua. Jadi, guru itu harus fleksibel. Makanya, ada seorang wanita dia
tidak pernah dewasa. Didepan suaminya pun dia tidak berubah. Selalu seperti
anak-anak. Ternyata dia sudah puluhan tahun mengajar di TK sehingga sifatnya
terbawa-bawa. Jadi, ketika kita mengajar
kita juga harus melebur dengan peseta didik.
Yusuf : Baik stad, sekian dari wawancra kita stad,
terima kasih atas wktunya stad….
Am : Iya sama-sama…
Yusuf : Assalamualaikum wr wb..
Am : Iya sama-sama…
Yusuf : Assalamualaikum wr wb..
Am : Waalaikum salam wr wb..
Bab
III
Pembahasan
1. Berdasarkan
dari hasil wawancara diatas, Ust, Am menekankan bahwa seorang guru tidak hanya
mengajarkan murid. Tapi seorang guru juga harus memperhatikan perkembangan
murid tersebut. Ini sesuai dengan ciri-ciri guru yang jenius seperti yang
terdapat pada buku.
2. Terdapat
perbedaan antara pendidikan dan pengajaran dimana pendidikan harus
memperhatikan perkembangan murid. Ini sesuai dengan pedagogi itu sendiri dimana
pedagogi pembelajaran berpusat pada guru.
3. Adanya
guru yang tidak ikhlas dalam mengajar mereka hanya datang lalu pulang tanpa
memerhatikan apakah murid mengerti dengan pelajaran atau tidak. Ini sesuai
dengan hasil survey Harris Interactive(2006) dimana kesimpulannya adalah masih
adanya guru yang prodesional dalam mengajar.
4. Dari
segi motivasi, beliau mengatakan bahwa beliau ingin menjadikan anak-anak
menjadi pandai. Karena dengan membuat orang lain menjadi pandai maka kita akan
iku menjadi pandai. Ini juga sesuai dengan karakteristik guru yang baik yang
ada di buku.
5. Dalam
mengajar beliau menggunakan pendekatan pedagogi tradisional. Ini dapat dilihat ketika
dia mengajar dia berusaha untuk melebur dengan murid dan berusaha memahami
mereka. Dan mengatakan bahwa guru harus fleksibel, ini sama dengan mengajar
adalah seni.
6. Ketika
mengajar beliau memberikan ilmu kepada peserta didiknya dengan cara fleksibel
ini sesuai dengan mengajar adalah seni.
7. Tujuan
beliau mengajar sesuai dengan tujuan pedagogi,yang bukan hanya mengajar tapi
juga memperhatikan perkembangan siswa.
8. Dalam
upaya mengajar ini terkait dengan apakah mengajar itu ilmu atau seni. Tapi
merupakan gabungan dari keduanya.
9. Cara
mengajar yang memberi motivasi kepada siswa dengan cara melebur kepada mereka
dan mengetaui apa yang mereka inginkan. sesuai dengan buku Prof. Dr Suryawan
Danim, dikatakan kegiatan mengajar yang memberi inspirasi adalah dimana siswa
akan termotivasi belajar agar mereka dapat mandiri.
Bab
IV
Kesimpulan
Seorang
guru dalam mengajar harus lah professional dalam melihat peserta didik, dan
juga harus memperhatikan perkembangannya. Jangan hanya mengajar lalu pulang
tanpa memperhatikan apakah peserta didik paham dengan materi yang diajarkan.
Seorang guru juga harus mampu memotivasi siswanya dengan cara mengetahui apa
yang mereka inginkan. Inilah yang disebut sebagai “mengaja adalah gabungan dari
ilmu dan seni”.
Bab V
Saran
Semoga nantinya kita
semua, ketika mengajar dan berhadapan dengan peserta didik yang berbeda
wataknya agar dapat bersabar dalam menghadapi mereka. Dan dapat mencari tahu
apa yang mereka inginkan sehingga kita dapat menarik minat mereka terhadap
materi yang kita ajarkan. Dan juga untuk guru yang tidak memperhatikan muridnya
agar mau untuk memperhatikan perkembangan muridnya jangan hanya memakan gaji
buta saja. Sehingga generasi penerus bangsa kita nantinya dapat bersaing dengan
bangsa-bangsa lain. Dan dapat membanggakan bangsa. Khususnya anda sendiri
sebgai guru mereka.
Jumat, 11 April 2014
Materi Pedagogi
paedagogi tertindas
a.
Pembenaran untuk paedagogi kaum tertindas
Freire menempatkan pedagogi dimana individu
belajar untuk menumbuhkan pertumbuhan sendiri melalui situasi kehidupan
sehari-hari yang memberikan manfaat bagi pengalaman belajar. Ini bukan
paedagogi untuk orang tertindas, malinkan pedagogi kaum tertindas. Subjek harus
membangun realitas dari keadaan yang menimbulkan peristiwa hiduonya
sehari-hari.
Metode belajar Paulo Freire mengharuskan
siswa untuk melakukan lebih dari sekedar mereproduksi kata-kata yang sudah ada.
Tetapi menciptakan kata-kata sendiri, kata-kata yang memungkinkan mereka
menyadari keadaan mereka, tetapi tidak melakukan upaya untuk memperjuangkan
emansipasinya sendiri. Tanpa ini, beberapa orang mendapatkan semacam kesadarna
naif dimana mereka menyadari keadaan mereka, tetapi tidak melakukan upaya untuk
mengbahnya: mereka mengambil sikap koknformis dan memeprtimbangkan situasi
normal mereka, bahkan ke titik pendukung sendiri.
Metode yang diusulkan Freire menyiratkan
dua momen yang berbeda dan berurutan.
1.
Melibatkan orang menjadi sadar akan kenyataan
bahwa individu hidup sebagai subjek tertindas yang tunduk pada keputusan
penindas yang bersifat memaksakan.
2.
Merujuk pada inisiatif kaum tertindas untuk
melawan dan membebaskan diri dari penindas.
b.
Konsep perbankan pendidikan sebagi instrumen
penindasan
Konsep ini sangat problematik dilihat dari
sisi pendidikan dan kebebasan. Konsep bank pendidikan dan dikotomi guru dan
siswa. Problematiknya terletak pada upaya mengatasi dikotomi pendidik dan
peserta didik. Disini tidak ada orang yang mendidik orang lain. Tidak juga ada
yang mendidik dirinya sendiri. Orang saling mendidik satu sama lain melalui
interaksi di dunia mereka. Manusia sebagai mahluk yang tidaklengkap, sadar akan
ketidaklengkapan dan melakukan pencarian identitas untuk menjadi lebih
dibandingkan dengan yang lain.
Praktek pembelajaran masih menekankan pada
ceramah dan menghafal secara berlebihan dengan analisis sedikit mengenai apa
pentingnya yang sedang dihafal.
Antidialogsitas (antidialogicity) dan Dialogsitas
(dialogicity)
Teori tindakan antidialogikal
dankarakteristikya
Penaklukan
Devisi
Manipulasi
Invasi budaya
Teori tindakan dialogis dan
karakteristiknya :
Kolaborasi
Serikat
Organisasi
Budaya sintesis
Penindas menggunakan
antidialogisitas dalam berbagai cara untuk mempertahankan status quo. Dia mengalahkan
yang tertindas dengan dialok yang selalu sepihak, mengubah proses komunikasi
menjadi tindakan necrophilia.
Penindas juga berusaha mencegah
orang-orang mempersatukan melaui dialog. Dalam wacana implisit mereka
memperingatkan bahwa hal itu dapat membahayakan perdamaian “sosial” untuk
berbicara kepada yang tertindas tentang konsep serikat buruh dan organisasi.
Salah satu kegiatan utama mereka
adalah melemahkan tertindas melalui keterasingan dengan gagasan bahwa hal ini
akan menyebabkan perpecahan internal dan dengan cara ini situasi akan tetap
stabil.
Sedangkan karakteristik doalogis
adalah sintesis budaya yang terjadi sering dengan investigasi topik generatif. Sintesis
ini mencoba untuk mengatasi kegiatan antagonistik, dimulai oleh kelompok
oenindas dan berjalan lebih dalam dari induksi belaka.
Minggu, 06 April 2014
Materi 2 Mata kuliah Pedagogi
Pedagogi
Tradisional dan Modern
Makna
Tradisional
Konsep paling tradisional dari
pedagogi bermakna suatu studi tentang bagaimana menjadi guru. Lebih khusus
lagi, awalnya kata pedagogi bermakna cara seorang guru mengajar atau seni
mengajar (the art of Teaching). Belakangan istilah pedagogi secara umum diberi
makna lebih luas, yaitu merujuk pada strategi pembelajaran, dengan titik tekan
pada gaya guru dalam mengajar.
Pedagogi berasal dari bahasa yunani
paidagogeo, dimana pais, genetif, paidos, berarti “anak: dan ago berarti
“memimpin”. Sehingga secara harfiah pedagogi berarti memimoin anak. Dalam
bahasa yunani kuno, umumnya pedagogi bermakna seorang budak (pembantu rumah
tangga) yang mengawasi pengajaran putra majikannya. Ketika itu, anak perempuan
tidak umum diberi pengajaran khusus. Pembantu rumah tangga ini mengantar,
menunggu, dan menemani pulang putra tuannya dari sekolah atau gymnasium.
Kegiatan ini dilakukan oleh pembantu ketika dia melihat putra majikannya
membawa peralatan, misalnya alat music.
Kata pedagogi ini diturunkan dari
bahasa latin yang bermakna : mengajari anak. Dalam makna modern, istilah
pedagogy dalam inggris merujuk kepada seluruh konteks dan sumber daya operasi
pengajaran dan pembelajaran yang secara nyata terlibat di dalamnya. Meski
demekian, baik aslinya diambil dari bahasa yunani kuno maupun dari bahasa
inggris, kata pedagogi mempunyai makna yang kira-kira sama.
Tiga
Isu
Isu-isu dan komplikasi lebih
lanjut yang timbul dari penggunaan istilah pedagogi merupakan seperangkat
konsep untuk menjelaskan proses. Berikut tiga isu tertentu muncul terkait
dengan masalah pedagogi.
Pertama, pedagogi merupakan sebuah
proses yang bertujuan. Dalam makna umum istilah ini sering digunakan untuk
menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik mengajar anak-anak. Kedua, banyak
pekerjaan “pedagogi social” yang telah digunakan untuk menggambarkan
prinsip-prinsip mengajar anak-anak dan kaum muda. Ketiga, sejauh mana
pengertian pedagogi telah dipahami dan dominan mewarnai proses pembelajaran
dalam konteks sekolah. Tidak mungkin persoalan mengajar hanya dikaitkan dengan
guru atau siswa semata. Diskusi tentang pedagogi selalu dikaitkan dengan
kurikulum, pengajaran, siswa, media pembelajaran, dan situasi yang mengitarinya.
Normatif
VS Pragmatis
Pedagogi adalah
isu strategis utama yang dihadapi profesi guru dan pendidikan umum. Bahan
sajian ini merupakan jalan tengah antara pendekatan normative yang sering
dipandang kurang implementatif dan pragmatis yang sering dipersepsi sebagai
terlalu realistis. Jika pendekatan normative sering dipandang terlalu utopis
dan pendekatan pragmatis sering dipersepsi sama problematikanya dikaitkan
dengan visi dan relevensinya bagi proses mengajar dan belajar di abad ini,
karena itu, empat berikut ini memerlukan kajian yang lebih mendalam ketimbang
sebatas mendeskripsikannya dipermukaan.
a. Definisi
dan pemahaman pedagogi, khususnya dari perspektif komparatif. Hingga saat ini
pemahaman mengenai pedagogi sebagai kerangka berpikir dan bertindak mencakup
semua ilmu tentang pengajaran dan pembelajaran.
b. Munculnya
pedagogi sebagai ilmu interdisipliner. Meskipun berada di fase formatif awal,
fitur yang paling mencolok dari pedagogi modern adalah kebangkitannya sebagai
ilmu interdisipliner. Perkembangan ini menciptakan kondisi untuk melakukan
pembaruan pendekatan ilmiah dalam praktik mengajar.
c. Pedagogi
dan kaitannya dengan aspek-aspek ekonomi mengajar dan belajar.pedagogi
merupakan isu kunci dalam memajukan dan mempromosikan profesi guru untuk
memperbarui apa yang oleh Robertson (2000) disebut sebagai “proyek professional
guru”. Proyek pedagogi ini pada gilirannya akan menjadi kekuatan pendorong
utama di balik transisi menuju ekonomi berbasis pengetahuan.
d. Faktor-faktor
pendukung dan membatasi pengembangan pedagogi. Standar professional dapat
memposisikan kurikulum sebagai pusat pembuatan kebijakan pendidikan.kondisi ini
memang masih harus dilihat, meski apakahtidak baik pedagogi dan konten
pengetahuan mendukung standarisasi kurikulum.
Model
Logika
Baik sebagai
seni (praktis) maupun sebagai ilmu (teoritis), pedagogi sesungguhnya adalah
model logika, sebuah alat yang ampuh untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
belar disemua satuan pendidikan atau sekolah. Sumbangsih pedagogi harus dilihat
dalam hubungan kausal untuk hal-hal berikut ini.
a. Masukan,
yaitu pengetahuan dan sumber daya, baik pedagogis itu sendiri maupun konten
pengetahuan, yang mendorong standar professional dan mengarah pada praktik dan
peningkatan hasil pembelajaran.
b. Proses,
yaitu transformasi yang paling mungkin untuk meningkatkan hasil-hasil
pembelajaran, misalnya, seperangkat kodifikasi yang jelas, standar professional
yang eksplisit, serta praktik dan fasilitasi belajar professional.
c. Hasil,
yaitu menigkatkan hasil belajar untuk semua siswa pada semua satuan pendidikan,
serta hasil belajar guru itu sendiri selaku tenaga professional.
Licin
dan Samar
Memang, hingga kini
pedagogi masih dipandang sebagai konsep yang licin dan samar-samar. Hal ini
seharusnya tidak terjadi, karena ada tradisi penelitian yang kuat di bidang
ini. Namun secara historis, kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami
pedagogi telah muncul sejak awal karena posisinya sebagai ilmu atau teori pada
satu sisi dan seni atau praktik mengajar dan belajar pada sisi lain.
Pedagogi
Modern
Pandangan tradisional
memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dan
konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara
pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996). Melihat
pedagogi dari dua perspektif ini nampaknay paling ideal, kalaupun kita mengakui
bahwa pedagogi sebagai ilmu pengetahuan dan terdefenisi secara spesifik , tentu
definisi itu juga akan menggamit deimensi seni, teori, dan praktik mengajar dan
belajar.kesemuanya sesungguhnya memiliki focus yang sama.
Langganan:
Postingan (Atom)